BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan
alam adalah senyawa-senyawa aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai
zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis,
bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung
cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon
seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya
tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang
ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam
aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang sejarah flavonoid, macam-macam flavonoid dari yang sederhana sampai ke senyawa kompleks flavonoid, gugus fungsi yang terdapat pada flavonoid, sintesis dan isolasi flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta tumbuhan-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang sejarah flavonoid, macam-macam flavonoid dari yang sederhana sampai ke senyawa kompleks flavonoid, gugus fungsi yang terdapat pada flavonoid, sintesis dan isolasi flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta tumbuhan-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud flavonoid ?
2. Bagaimanakah sifat-sifat kimia dan fisika dari flavonoid ?
3. Pada simplisia tanaman apa sajakah flavonoid berada ?
4. Bagaimana cara isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid?
1. Apa yang dimaksud flavonoid ?
2. Bagaimanakah sifat-sifat kimia dan fisika dari flavonoid ?
3. Pada simplisia tanaman apa sajakah flavonoid berada ?
4. Bagaimana cara isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud flavonoid
2. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid
3. Untuk mengetahui simplisia tanaman yang mengandung flavonoid.
4. Untuk mengetahui isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid.
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud flavonoid
2. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid
3. Untuk mengetahui simplisia tanaman yang mengandung flavonoid.
4. Untuk mengetahui isolasi dan identifikasi dari senyawa flavonoid.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat mendeskripsikan senyawa flavonoid.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat mendeskripsikan senyawa flavonoid.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
FLAVONOID
Flavonoid
merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari
lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan
tumbuhan.Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan
pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang
dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah
bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk
menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Tidak ada benda yang begitu menyolok
seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada
bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga,
antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang
terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan
peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah
flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat
tertentu.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Senyawa ini berperan penting dalam
menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya
hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada
tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi
sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam
pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan
mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal
pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan
fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).
B. KLASIFIKASI SENYAWA FLAVONOID
Flavonoid merupakan metabolit
sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit
sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi
yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid,
dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam
tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid
sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu,
kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang
terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi
gugus kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi
dan glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk
monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan
polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk
senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu
flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini
mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan
atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam senyawa trisiklis. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu:
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam senyawa trisiklis. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah
sebagai berikut
a) Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa.
Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa.
Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.
Dalam pengidentifikasian antosianin
atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan
dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi
seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan
yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi
hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama
beberapa menit.
Stabilitas Antosianin
Antosianin secara umum mempunyai
stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan
zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain
mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam
suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin
lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral.
Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam
askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap
oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain,
jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida
yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna.
Warna pigmen antosianin merah, biru,
violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam
tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan
monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu
pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan
gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi
berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Pada umumnya, zat-zat warna
distabilkan dengan penambahan larutan buffer yang sesuai. Jika zat warna
tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat,
demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan
penyesuaian larutan buffer. Warna merah bunga mawar dan biru pada bunga jagung terdiri
dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar
pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral.
Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna. Pada
konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi
pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan
banyak mengubah warna antosianin. Dalam pengolahan sayur-sayuran adanya
antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut.
Misalnya pada pemasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH
8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet tetapi
bila ditambahkan cuka warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi jarang
makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk
senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan
bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus
(lacquer)
b) Flavonol
flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.
flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.
c) Flavonon
d) Khalkon
polihidroksi khalkon terdapat dalam
sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok
bahwa khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan
keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus
hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil
maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga
khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus
2-hidroksil-6-glikosilasi.
Struktur khalkon.
Beberapa khalkon misalnya merein,
koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen
daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe,
Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea.
e) Auron (Cincin A –COCO CH2 – Cincin
B)
Auron atau system cincin benzalkumaranon
dinomori sebagai berikut :
e) Dihidrokhalkon.
Meskipun dihidrokhalkon jarang
terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan
konstituen umum family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti
apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki
kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin merupakan β-D-glukosida
phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional dan
asam p-hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali
dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan
dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.
f) Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon (persamaan 1). Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 2).
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon (persamaan 1). Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 2).
Demetilasi gugus 5-metoksi dalam
polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi yang cocok, sehingga
5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.
Flavon alam
Flavon alam
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.
Isoflavon terdiri atas struktur
dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam
amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara
bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam
kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka
isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk
dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang
terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu
metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur
dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan
untuk mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.
Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui
fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah
dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk
keperluan kesehatan antara lain:
a. Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi
melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan
prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas „radical scavenging’ suatu
molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh
negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang
dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin,
haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
b. Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi
sebagai antitumor/antikanker adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon
(bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada
kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein, melalui mekanisme
sebagai berikut : (1) penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal,
sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker
payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan
oleh penghambatan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan pembentukan
protein yang mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase
II; (3) penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat antioksidan dan
anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap senyawa radikal
bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor
pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila
konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM.
c. Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa
flavonoida pada virus diduga terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat
(DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein.
Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut
berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh
rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih
terus berlangsung.
d. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja
melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan pembebasan histamin dari
sel-sel „mast‟, yaitu sel yang mengandung granula,
histamin, serotonin, dan heparin; (2) penghambatan pada enzim oxidative
nukleosid-3‟,5‟
siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca; (3)
berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa flavonoid lainnya
yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain terbukronil, proksikromil, dan
senyawa kromon.
e. Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon
terhadap sistem peredaran darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh
para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif
sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti
berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga
berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan
demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada pembuluh
darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD
(cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan
hipokholesteremik senyawa isoflavon.
f. Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause,
produksi estrogen menurun sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen
tidak saja berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk
tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen
membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen
pada kromosom yang disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan
dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon, khususnya
genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya lemah, tetapi dengan
β-ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti
mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait
dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana
equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat
hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses
kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain, isoflavon dapat
melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan
masif.
g. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan
kolesterol terbukti tidak saja pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci,
tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai
perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga
trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density
lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan
kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme
sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
neoflavonoid meliputi jenis-jenis
4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin
Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan
Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan
a. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil
flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak
tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan
lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa
disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang
glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid
misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.
b. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada
inti benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan
gula terikat pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang
terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah
galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
c. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung
satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis
termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak
berupa glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas
atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi
dengan habitat air.
d. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid
C. Senyawa Flavonoid Pada Simplisia
Tanaman
Flavonoid sebenarnya terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar,
bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang melaporkan flavonoid pada
hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, propilis (sekresi lebah),
sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil biosintesis melainkan dari
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut, Senyawa antosianin sering
dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin umumnya terdapat pada suku
Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada subdivisi Gymnospernae
sedang isoflavonoid pada suku leguminosae. Pada tumbuhan yang mempunyai
morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor kuda mengandung senyawa
flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl
ikosida . Angiospermae mengandung senyawa flavonoid kompleks yang lebih banyak.
Berikut
beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid
1. Kembang
Sepatu
Nama simplisia : Hibiscus
rosa-sinensidis Folium, Hibiscus rosa-
sinensidis Radix
Nama
Tanaman Asal : Hibiscus
rosa-sinensis
L.
Zat berkhasiat
: Lendir,
flavonoid, dan zat samak
Penggunaan
: Akar
: Batuk, bronkitis, demam, haid tidak teratur,
infeksi
saluran kemih,keputihan, pelembut kulit,
radang
kemih dan sariawanbisul (obat luar),
radang
kulit
bernanah (obat luar), radang payudara(obat
luar)
Anti inflamasi, diuretik, analgesik, sedatif, dan
Anti inflamasi, diuretik, analgesik, sedatif, dan
ekspectoran.
2.
Mahoni
Nama simplisia : Swieteniae Radix
Nama
Tanaman Asal : Swietenia
mahaboni
Jacq.
Zat berkhasiat
: Saponin
dan flavonoida
Penggunaan
: Tekanan
darah tinggi (hipertensi),kencing manis
(diabetes militus),kurang nafsu makan,masuk angin,
demam,
rematik, ,
3.
Nangka
Nama simplisia : Artocarpi Lignum
Nama
Tanaman Asal : Artocarpus integra Merr. Thumb.
Zat berkhasiat
: Morin,
flavon, sianomaklurin (zat samak), dan tanin
Penggunaan : Anti spasmodik
dan sedatif
4. Remak
Daging
Nama simplisia : Hemigraphis
coloratae Folium
Nama
Tanaman Asal : Hemigraphis colorata Hall.
Zat berkhasiat
: Flavonoid,
natrium, senyawa kalium
Penggunaan : Disentri, wasir,
perdarahan sesudah melahirkan
Diuretik dan hemostatik
Diuretik dan hemostatik
5. Temu
Putih
Nama simplisia : Zedoariae
Rhizoma
Nama Tanaman Asal : Curcuma zedoaria
Berg. Roscoe.
Zat berkhasiat : Minyak atsiri zingiberin, sineol,
prokurkumenol,
kurkumenol,
kurkumol
isofuranolgermakrena,kukumadeol, hars,
zat pati
lendir,minyak
lemak, saponin, polivenol danflavonoid.
Penggunaan : Kanker rahim, kanker kulit,
pencernaan tidak baik,
nyeri hamil rahim membesar, sakit maag, memar (obat
luar),
pelega perut.
Antineoplastik, kholeretik, stomakik, antiflogostik, dan
Antineoplastik, kholeretik, stomakik, antiflogostik, dan
antipiretik.
6.
Kulit kina
Nama simplisia : Cinchonae Cortex
Nama Tanaman
Asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : alkaloida kinina, saponin, flavonoida
dan politenol
Penggunaan : anti malaria
7.
Gandarusa
Nama simplisia : Gendarusa Folium
; Gendarusa Radix
Nama Tanaman
Asal : Justicia
gendarussa Burm. F.
Zat
berkhasiat : Alkaloid,saponin,
flavonoid, polifenol
Alkaloid yustisina dan minyak atsiri
Penggunaan : Haid tidak teratur, bisul (obat
luar), memar (obat luar),
patah tulang (obat luar), radang kulit bernanah
(obat
luar), rematik
(obat luar) dan sakit kepala
(obat
luar)
Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedatif
Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedatif
8.
Sidaguri
Nama simplisia : Sidae Folium
Nama Tanaman
Asal : Sida rhombifolia
L.
Zat
berkhasiat : flavonoid, sterol
Alkaloid hipaforina,gula, triterpenoid.
Penggunaan : Batuk darah, batu
ginjal,cacing keremi, demam,
disentri, malaria, sakit perut, rematik, radang amandel,
disentri, malaria, sakit perut, rematik, radang amandel,
selesma, usus buntu, Bisul (obat luar), Eksem (obat
luar),
gatal (obat luar), ketombe (obat luar)
Anti inflamasi, diuretik, dan analgesik.
Anti inflamasi, diuretik, dan analgesik.
D. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa
polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut
dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka
juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol,
etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping
itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga
cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Pemisahan senyawa golongan flavonoid
berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam pelarut dengan polaritas yang
meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam
eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin
dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh
karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.
G. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid
1. Isolasi Dengan metanol
Terhadap bahan yang telah
dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan metanol:air
(9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan
dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3
volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi
menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan
dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil,
santifil dan lain-lain
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan
metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam
volume yang sama, Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi
kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat
bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat
diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air
ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan
pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan
didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk
C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung
dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan
mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam
mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid
berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan
kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah
tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi
gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga
fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
4. ldentifikasi Dengan Reaksi warna
1. Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa
yang mempunyai inti δ benzopiron. Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi
Wilstater adalah sebagai berikut:
- Jingga Daerah untuk golongan flavon.
- Jingga Daerah untuk golongan flavon.
- Merah krimson untuk golongan
fLavonol.
- Merah tua untuk golongan flavonon.
2. Uji BATE SMITH MATECALVE
Reaksi warna ini digunakan untuk
menuniukkan adanya senyawa
leukoantosianin,reaksi positif jika
terjadi warna merah yang intensif atau
warna ungu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
·
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang
banyak terdapat di alam. Flavonoidmerupakan golongan senyawa bahan alam dari
senyawa fenolik yang banyak merupakansebagai pigmen tumbuhan.
·
Flavonoid
merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak
asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut
dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang
terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah
larut dalam air.
·
Beberapa contoh simplisia yang
mengandung falavonoid
1. Hibiscus
rosa-sinensidis Folium, Hibiscus rosa- sinensidis Radix
2.
Swieteniae Radix
3.
Artocarpi Lignum
4.
Hemigraphis coloratae Folium
5. Zedoariae
Rhizoma
6.
Cinchonae Cortex
7.
Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix
8.
Sidae Folium
\
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Biflavonoid. Online : http://www.scribd.com/doc/12754372/D090115AHMBifavonoidxxx, diakses tanggal 30 Oktober 2010.
Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai. Online: http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/197003311997022%20-%20HERNAWATI/FILE%2012.pdf, diakses tanggal 30 Oktober 2010.
Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Online:http://www.pdf-searcher.com/SENYAWA-FLAVONOID,-FENIL-PROPANOID-DAN-ALKALOID.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010.
semoga bermanfaat......
No comments:
Post a Comment