BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kanal ion memainkan peranan penting dalam
banyak tipe sel. Berbagai penyakit disebabkan karena adanya disfungsi kanal
ion, antara lain penyakit aritmia jantung, diabetes, hipertensi, angina
pectoris, dan epilepsi. Karena itu, kanal ion ini merupakan salah satu target aksi favorit
untuk penemuan obat baru.
Kita ketahui bahwa tubuh kita
membutuhkan ion-ion seperti Na, Ca, dan K. Namun ion- ion ini tidak dapat masuk
ke dalam sel melalui membran karena ion- ion ini bermuatan, seperti yang kita
ketahui, bahwa membran sel itu merupakan
suatu bentuk lipid bilayer, artinya setiap molekul yang bisa berdifusi
masuk menembus membran sel harus mempunyai kelarutan lemak dan bentuk ionik ini
tidak mempunyai kelarutan lemak, olek karena itu diperlukan media celah atau
pori agar ion- ion ini bisa masuk ke dalam membran sehingga membran yang dari
impermeable menjadi permeable, disinalah ion diperlukan sebagai celah atau
saluran. Kaitannya dengan obat, dimana kebanyakan obat merupakan elektrolit
lemah yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air efek lemah ini akan
terionisasi menjadi bentuk ionnya atau terionkan.
Karena sebagaimana yang kita ketahui
bahwa kanal ion memainkan peranan penting dalam banyak tipe sel, maka kami akan
membahas secara terperinci mengenai reseptor ionotropik ini atau yang lebih
dikenal sebagai Kanal Ion.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas pada makalh ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan reseptor
kanal ion ?
2. Apa saja reseptor yang termasuk
reseptor kanal ion ?
I.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini,
yaitu :
1.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan reseptor
kanal ion
2.
Untuk mengetahui contoh – contoh reseptor kanal ion dan mekanisme
kerjanya
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.Pengertian
Reseptor Kanal Ion
Reseptor merupakan komponen makromolekul sel (umumnya berupa
protein) yangberinteraksi dengan senyawa kimia endogen pembawa pesan
(hormon, neurotransmiter,mediator kimia dalam sistem imun, dan lain-lain) untuk menghasilkan respon seluler.
Obatbekerja dengan melibatkan diri dalam interaksi antara senyawa kimia endogen
denganreseptor ini, baik menstimulasi (agonis) maupun mencegah interaksi
(antagonis).
Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Ligand-gated ion chanel receptor
(reseptor kanal ion)
2. G-protein coupled receptor (reseptor
yang tergandeng dengan protein-G)
3. Tyrosine kinase-linked receptor
(reseptor yang terkait dengan aktivitas kinase)
4.
Nuclear receptor (reseptor inti).
Kanal ion
merupakan protein membran yang terdapat pada lapisan lipid membran sel,
tersusun dari beberapa sub-unit protein membentuk suatu pori-pori.
Kanal ion
tersusun atas beberapa subunit protein, dimana subunit alfa adalah subunit terbesar dan utama.
Subunit alfa terdiri dari 4 domain homolog (lihat di gambar yg berwarna hijau,
biru muda, hijau-biru, & ungu) yang masing2 terdiri dari 6 segmen yg
melintasi membran di masing- masing homolog.
Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan merupakan suatu
kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal. Reseptor ionotropik
mengatur permeabilitas kanal ion dan diklasifikasikan berdesarkan
permeabilitasnya terhadap ligan. Sifat penting dari reseptor kanal ion ini
adalah sebagai berikut :
Neurontransmiter disini maksudnya
dilepaskan oleh ujung syaraf sebagai respon dari depolarisasi.
Dimana neurotransmitter seperti
asetilkolin akan berikatan pada reseptor yg da pad kanal ion embuat kanal ion
terbuka sehingga na bias masuk
3.
Selektif terhadap ion2
Hanya ion2 tertentu misalnya K, Ca dan Na
II.2. Contoh Reseptor Ionotropik Dan Mekanisme Aktivasinya
Contoh
Reseptor Ionotropik
Ø reseptor
asetilkolin nikotinik
Ø reseptor GABAa
Ø reseptor glutamat (NMDA)
Ø reseptor serotonin (5-HT3)
II.2.1 Reseptor Asetilkolin Nikotinik
Reseptor ini berperan dalam penyaluran sinyal listrik dari
suatu motor neuron ke serat saraf otot. Asetilkolin yang dilepaskan oleh neuron
motorik berdifusi ke membran plasma sel miosit dan terkait pada reseptor
asetilkolin. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konformasi reseptor dan
akan menyebabkan kanal ion membuka. Pergerakan muatan positif akan
mendepolarisasi membran plasma yang menyebabkan kontraksi. Pembukaan kanal
hanya berlangsung sebentar meskipun asetilkolin masih menempel pada reseptor (periode desensitisasi). Reseptor nikotinik asetilkolin yang
matang terdiri atas 2 α,
β, γ, dan δ. Berbeda dari yang ada di otot, struktur reseptor
nikotinik asetilkolin di neuron hanya terdiri atas subunit α&β (α3β2).
asetilkolin yang disintesis dari kolin dan asetil ko A, dibantu oleh enzim asetilkolintransferase. Berperan antara lain dalam regulasi belajar (learning), memori, kontrol gerakan, dan mood (perasaan) contoh: penyakit Alzheimer (pikun) disebabkan karena degenerasi sistim kolinergik, myasthenia gravis. Asetilkolin (Ach) yang dihasilkan ini nanti akan berinteraksi dengan dua reseptor, yaitu nikotinik dan muskarinik. Nah,yang terkait dengan kanal ion adalah yang nikotinik, yang muskarinik termasuk GPCR *walau M2 dan M4 juga terkait kanak Kalium*. Reseptor nikotinik ini terkait dengan kanal Na pada membran sel.
Disebut reseptor asetilkolin
nikotinik karena selain memiliki daya afinitas untuk berikatan dengan
asetilkolin reseptor ini juga memiliki afinitas terhadap nikotin tetap afinitas lemah terhadap muskarin.
Mekanisme transduksi sinyal pada reseptor nikotinik ini :
Ada impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada
presinaptik --> Ca2+ memobilisasi Ach untuk lepas dari presinaptik -->
Ach berikatan dengan reseptor nikotinik --> Kanal Na membuka -->
depolarisasi parsial --> membuka kanal Na yang lain --> depolarisasi
berlanjut --> membuka kanal Ca2+ di RE/RS --> Ca2+ masuk ke sitoplasma
--> kontraksi
Akson terbuka yang melebar terletak pada
alur permukaan serabut otot yang dibentuk oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional
fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang membentuk
lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan sarkolema
yang terletak di dekat akson yang melebar. Di antara membran plasma
akson (aksolema atau membran prasinaps)
dan membran plasma serabut otot (sarkolema
atau membran pascasinaps) terdapat celah sinaps.
Saat potensial aksi mencapai membran
prasinaps motor end-plate, kanal voltage-gated Ca2+
terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan
vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin
ke celah sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor
Ach tipe nikotinik di membran pascasinaps junctional fold. Setelah pintu
kanal terbuka, membran pascasinaps lebih permeabel terhadap Na+ yang
mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi potensial lokal (end-plate potential). Pintu
kanal Ach permeabel terhadap K+ yang keluar dari sel namun dalam
jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate potential cukup besar, kanal
voltage-gated untuk Na+ terbuka dan timbul potensial
aksi yang menyebar sepanjang permukaan sarkolema. Gelombang
depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus T menuju miofibril
yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+
dari retikulum sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot.
pada bagian sistem syaraf otonom
terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil hidrolase
(AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada
celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat
penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin.
di ujungterminal saraf Kemudian dissimpan di vesicle sinap dan
akan dilepaskan ketika ketika kanal ca terbuka . Setelah pelepasannyake celah
sinap, asetilkolin dengan cepat dihidrolisis oleh enzim
asetilkolinesterase (truecholinesterase) menjadi asetat dan kolin. Salah
satu obat yang berhubungan dengan asetilkolin ini yaitu kolinesterase inhibitor
yaitu obat atau senyawa yg menghambat kerja enzim asetilkolinesterase (yg
mendegradasi asetilkolin). dibagi menjadi 2 golongan, namun cara kerja keduanya
sama yaitu sebagai substrat palsu sehingga Asetilkolin menggandeng obat
tersebut, bukan asetil-kolinesterase
ada dua inhibitor yang menghambat enzim kolinesterase pada
celah sinaptik yaitu
1. Inhibitor Reversibel
.
Obat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini adalah Edroponium. Obat ini bereaksi dengan cepat yang diberikan secara intravena untuk diagnosa penyakit Myastenia gravis. Pada penderita Myastenia gravis jika diberikan Edroponium maka akan meningkatkan kekuatan otot skeletal.
Obat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini adalah Edroponium. Obat ini bereaksi dengan cepat yang diberikan secara intravena untuk diagnosa penyakit Myastenia gravis. Pada penderita Myastenia gravis jika diberikan Edroponium maka akan meningkatkan kekuatan otot skeletal.
2. Inhibitor Irreversibe
l
Obat ini berinteraksi dengan sisi sktif enzim AchE dan bersifat tak terbalikkan dan biasanya senyawa golongan ini bersifat larut dalam lipid sehingga dapat menembus barrier darah otak. Obat ini bereaksi dengan memfosforilasi enzim AchE sehingga mengakibatkan inaktivasi enzim tersebut. Senyawa yang bersifat sebagai Inhibitor Irreversibel ini contohnya yaitu Malation, golongan insektisida dan golongan pestisida (organophosphat). Jika suatu inhibitor irreversibel ini bereaksi terhadap enzim asetilkolinesterase maka enzim ini tidak aktif sehingga tidak dapat memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin dan mengakibatkan penumpukan. Obat yang dapat digunakan adalah Pralidoksim. Obat ini bereaksi dengan menarik kuat Inhibitor Irreversibel dari sisi aktif enzim agar enzim tersebut aktif kembali. Tetapi penggunakaan pralidoksim pada pasien keracunan organophosphat harus dilakukan pada waktu yang cepat, karena dalam waktu beberapa jam setelah keracunan organofospat, enzim terfosforilasi atau kehilangan gugus alkil atau alkoksi sehingga menyebabkan atbil dan lebih resisten terhadap pralidoksim.
Obat ini berinteraksi dengan sisi sktif enzim AchE dan bersifat tak terbalikkan dan biasanya senyawa golongan ini bersifat larut dalam lipid sehingga dapat menembus barrier darah otak. Obat ini bereaksi dengan memfosforilasi enzim AchE sehingga mengakibatkan inaktivasi enzim tersebut. Senyawa yang bersifat sebagai Inhibitor Irreversibel ini contohnya yaitu Malation, golongan insektisida dan golongan pestisida (organophosphat). Jika suatu inhibitor irreversibel ini bereaksi terhadap enzim asetilkolinesterase maka enzim ini tidak aktif sehingga tidak dapat memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin dan mengakibatkan penumpukan. Obat yang dapat digunakan adalah Pralidoksim. Obat ini bereaksi dengan menarik kuat Inhibitor Irreversibel dari sisi aktif enzim agar enzim tersebut aktif kembali. Tetapi penggunakaan pralidoksim pada pasien keracunan organophosphat harus dilakukan pada waktu yang cepat, karena dalam waktu beberapa jam setelah keracunan organofospat, enzim terfosforilasi atau kehilangan gugus alkil atau alkoksi sehingga menyebabkan atbil dan lebih resisten terhadap pralidoksim.
Keracunan
organofosfat
Terjadi akibat kelebihan asetilkolin
pada celah sinaptik. pengobatan ada 2 macam:
· Antagonis asetilkolin pada
reseptornya : misalnya diberi atropin sehingga efek asetilkolin mengalami
penurunan Contoh senyawa alami yang
bereaksi dengan hal ini adalah Atropin dan Hyosin. Atropin bersifat larut dalam
lipid sehingga mudah untuk diabsorpsi
dan dapat menembut barrier darah otak. Atropin ini dapat digunakan pada kasus
keracunan organophospat. Yaitu berinteraksi dengan mengeblok kelebihan
asetilkolin pada reseptor muskarinik, tetapi tidak pada reseptor nikotinik.
·
Hidrolisis kompleks AchE-organofosfat : bisa dilakukan dan
akhirnya AchE bisa bekerja normal kembali! misalnya dengan pralidoksim. namun
sayangnya obat tersebut tidak bisa menembus sawar darah otak. Lah jika terlalu
lama kan organofosfat bisa menembus sawar darah otak. karenanya pengobatan
harus sedini mungkin
Selain inhibitor enzim
asetiltransferse ada juga obat pelemas otot atau
Neuromuscular blocking
agent, ada 2 golongan yaitu
1.
Non depolarizing blocking agent
Menduduki
reseptor tanpa menyebabkan aktivasi dari kanal ion -à
mencegah
depolarisasi
Pelumpuh
otot Non-depolarisasi bekerja
sebagai kompetitif antagonis. Sebagai contoh pada kondisi dimana berhubungan
dengan sedikit reseptor ACh (down regulasi pada myasthenia gravis) menunjukan
resistensi pada relaksan yang depolarisasi sedang sensitivitas meningkan pada
pelumpuh otot yang nondepolarisasi.
Obat
golongan non-depolarisasi terikat juga pada reseptor ACh namun tidak
menyebabkan terbukanya kanal natrium sehingga tidak terjadi kontraksi otot
skeletal, karena tidak timbul potensial aksi pada lempeng akhir motorik. Obat
golongan ini akan menetap pada reseptor ACh (kecuali Atracurium dan Mivacurium)
sampai terjadi redistribusi, metabolisme ataupun eliminasi obat ini dari dalam
tubuh, dapat juga dengan pemberian obat yang bersifat melawan daya kerja obat
ini. Cara melawannya dengan menekan fungsi asetilkolinesterase sehingga
meningkatkan konsentrasi ACh, untuk dapat berkompetisi dalam menduduki reseptor
ACh dan menghilangkan efek blok yang ditimbulkan oleh obat golongan
non-depolarisasi.
2.
Depolarizing blocking agent
Obat-obatdepolarizing
bloking agent ini memperlama depolarisasi
à
mencegah kembalinya keresting state.
à
Karena itu : pelepasan asetilkolin lebih lanjut tidak bisa memicpotensial aksi àNo
more action potentials: muscle is then
paralyzed
even though receptors are activated.
suksinilkolin
ini mirip sama asetilkolin tapi dia lebih resisten terhadap
asetilkolinesterase,
suatu enzim yang mendegradasi asetilkolin menjadi kolin
dan
asetat, sehingga
menyebabkan depolarisasi terjadi lebih lama dari yang
seharusnya,akibatnya
sel menjadi terdesentisasi dan repolarisasi terhambat, so
sel
tidak dapat
menerima impuls selanjutnya, otot tidak mengalami kontraksi
suksikinolin merupakan golongan
obat yang menimbulkan depolarisasi
pelumpuh
otot menyerupai
asetilkolin (Ach) sehngga akan terikat pada
reseptor
ACh danmenimbulkan potensial aksi dari otot skeletal karena
terbukanya
kanal natrium. Namun
tidak seperti ACh obat ini tidak langsung
dimetabolisme
oleh asetilkolin esterase,
sehingga konsentrasinya di celah
sinap
akan menetap lebih lama yangakan menghasilkan pemanjangan
depolarisasi
dari lempeng pertemuan otot skeletal. Adanya potensial aksi pada
lempeng
pertemuan otot skeletal ini akan menyebabkan potensial aksi pada
membran
otot, yang akan membuka kanal sodium dalam waktu tertentu.
Setelah
tertutup kembali kanal ini tidak dapat terbuka kembali sebelum terjadi
repolarisasi
dari lempeng motorik, yang disini tidak juga akan terjadi
sebelumobat
yang menyebabkan depolarisasi meninggalkan reseptor yang
didudukinya.
Sementara itu setelah kanal sodium di peri junctional tertutup,
otot
akan kembali pada posisi relaksasi dan akan berlanjut sampai obat
golongan
ini dihidrolisis oleh enzim pseudo cholinesterase yang terdapat di
plasma
dan di hati. Umumnya proses ini berlangsung dalam waktu yang
singkat
sehingga tidak dibutuhkan obatspesifik untuk melawan efek relaksasi
dari
obat golongan depolarisasi ini.
Ciri-ciri kelumpuhan :
· Ada fasikulasi otot
· Berpotensi dengan antikoliestrase
· Kelumpuhan
berkurang dengan pemberian obat non-depolarsasi dan asidosis
· Tidak menunjukkan
kelumpuhan yang bertahap paa perangsangan tunggal
maupun
tetanik.
· Belum diatasi
dengan obat spesifik.
suksinilkolin
ini lebih aman digunakan karena dia mirip dengan senyawa
endogen,
jadi kemungkinan ditolak tubuh lebih kecil kayak insulin buat
orang diabetes melitus tu
lho.. Insulin eksogen lebih aman karena lebih
mirip
insulin endogen
daripada pake obat2 antidiabetes..
Contoh lain adalah chantix yang digunakan sebagai terapi pada orang yang ingin
sembuh dari ketergantungan rokok. Kok bisa? jadi ketika ada nikotin dari rokok
berinteraksi dengan reseptor nikotinik, ternyata memacu pelepasan dopamin yang
banyak sehingga akan menyebabkan ketagihan. Sedangkan ketika chantix yang
berinteraksi dengan reseptor nikotinik, dopamin yang dilepaskan tidak terlalu
banyak sehingga tidak bersifat addiktif.
II.2.2 Reseptor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)
Reseptor ini merupakan neurotransmitter inhibitor utama
di otak. Sehingga aksinya nanti adalah depresi
CNS. Si reseptor
GABA ini unik, karena dia memiliki banyak tempat untuk berikatan dengan
berbagai zat. Sisi aktifnya untuk berikatan dengan GABA disebutortosterik, sedangkan untuk
berikatan dengan senyawa lain disebut allosterik,
antara lain terdapat benzodiazepin site, barbiturat site, dan steroid site.
Selain itu, etanol juga bisa berikatan di reseptor GABA sehingga menyebabkan
depresi CNS. Reseptor GABA ini terkait dengan kanal
Cl. Mekanisme yang terjadi pada reseptor ini :
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan
dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl --> Cl masuk -->
hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS
Gaba tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi
endorfin yang memberikan rasa kesejahteraan. Rasa yang kita rasakan ketika
endorfin ini dilepaskan yaiotu ketika kita latihan dan berhubungan seksual
Orang yang impulsif biasanya bertindak secara
spontan atau cepat, tiba-tiba, kasar, memaksa, tanpa perencanaan, tanpa
pertimbangan, dan tak mampu menunda keinginannya. Melalui penelitian yang
dilakukan di Inggris, para ilmuwan mempelajari mengapa beberapa orang tidak
dapat mengendalikan dirinya dalam membuat suatu keputusan. Ditemukan, pada pria
impulsif, terdapat kekurangan zat kimia yang disebut GABA yang mengirimkan
pesan antara sel-sel otak, menurut laporan Express, Kamis (11/8). Para ilmuwan di Cardiff
University memantau sejumlah mahasiswa pria dalam situasi saat mereka harus
mengambil keputusan dan mengukur aktivitas otak mereka pada saat yang sama.
Mereka yang aktivitas otaknya berkurang lebih cenderung untuk membuat keputusan
secara spontan.
Gaba ini dihasilkan melalkui siklus krebs dmna pada
Di jaringan saraf, alpha ketoglutarat diubah menjadi glutamate kemudian menjadi
GABA dan mengethui hal ini kita bisa mningkatgkan gaba deng Anda harus makan
makanan yang kaya karbohidrat kompleks seperti gandum, beras merah dan gandum
sebagai bagian dari diet Anda. Makanan
lain yang dapat memperbayak glutamin atau
prekursor-nya, asam glutamat dan glutamat, termasuk buah jeruk, hati sapi,
brokoli, halibut dan lentil. Suplemen bermanfaat untuk mengambil adalah
L-theanine, sebuah asam amino yang ditemukan dalam teh hijau, dan tersedia
dalam bentuk suplemen. L-theanine dapat menenangkan saraf Anda dengan tetap
menjaga kejernihan pikiran. Dengan kata lain, menenangkan anda, tetapi tidak
membuat Anda mengantuk dan memungkinkan Anda untuk menikmati hari Anda dengan
kecemasan.
GABA Disintesis
dari glutamat dg bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), dan didegradasi oleh
GABA-transaminase
penghambatan enzim2nya ini sangat berperan pada
pengobatan epilepsy, dimana pada
penderita epilepsi mereka kekurangan gaba. Karena tidak ada yang
menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi aktivasi, respon yang
diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan *kejang*. Terapi
yang bisa diberikan salah satunya adalah dengan meningkatkan GABA, yaitu meningkatkan GAD (enzim yang mengubah
glutamat menjadai GABA) dengan contoh obat gabapentin, menghambat
reuptake GABA dengan contoh obat
tiagabin, atau dengan menghambat
GABA transaminase sehingga GABA tidak diubah menjadi metabolitnya,
contoh obatnya vigabatrin.
adanya berbagai site pada reseptor ini
dimanfaatkan sebagai strategi-strategi untuk memanipulasi si reseptor GABA ini.
Misalnya obat-obat golongan benzodiazepin,
akan meningkatkan afinitas reseptor
terhadap GABA sehingga pembukaan kanal Cl lebih lama, depresi CNS yang
terjadi juga lebih lama dan besar Begitu juga mekanisme yang terjadi pada obat
golongan barbiturat.
1. Obat-obat
benzodiazepin
(diazepam, klordiazepoksid, lorazepam) à
meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA pada GABA site à
mengaktivasi reseptor GABA àmeningkatkan
frekuensi pembukaankanal Clàhiperpolarisasi
àdepresi
CNS
2.
Obat-obat barbiturat (fenobarbital,
pentobarbital) à memperlamapembukaan
kanal Cl à
hiperpolarisasi à depresi CNS
Barbiturat
memperpanjang durasi pembukaan kanal, sehingga memaksimalkan kesempatan bagi
Cl- mengalir. Dengan mekanisme inilah golongan barbiturat banyak digunakan
sebagai obat epilepsi, selain digunakan sebagai sedatif.
3. Pikrotoksin (konvulsan) àmengeblok kanal Cl à mengeblok efek penghambatan
post-sinaptik GABA à efek eksitatori > à
konvulsi
4. Steroid
: Steroid yang dimaksud adalah neuerosteroid dan steroid neuroaktif.
Steroid jenis ini bereaksi secara non
genomik, yaitu bekerja pada reseptor GABA. Contohnya adalah progesteron dan
metabolitnya allopregnalon
II.2.3 Reseptor Glutamat
Glutamat merupakan neurotransmitter
eksitatori. Reseptor glutamat ada 2 jenis, ionotropik dan
metabotropik. Nah, yang ionotropik (terkait kanal ion) ada 3, yaitu NMDA, AMPA, dan kainate.
Namun, yang sudah banyak diteliti adalah reseptor NMDA. Reseptor NMDA ini
banyak ditemukan di otak bagian cortex
cerebral dan hippocampus sehingga memiliki peranan penting dalam fungsi memori dan belajar. Keunikan
dari reseptor NMDA ini adalah dia ter-blok oleh ion Mg2+ (mengeblok kanal Na
dan Ca) ketika dalam keadaan inaktif, sehingga membutuhkan reseptor non-NMDA
untuk mengaktivasinya. Mekanismenya
Glutamat lepas dari saraf presinaptik -->
berinteraksi dengan reseptor non-NMDA --> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+
berkurang --> Mg2+ lepas --> glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan
kanal Na dan Ca --> Na dan Ca masuk --> menghasilkan efek seluler (memicu
signaling dalam learning dan memory)
Aktivasi
berlebihan dari reseptor NMDA ini berbahaya loh. Kalo aktivasinya berlebihan,
ion Ca yang masuk dalam sel saraf berlebihan, dapat menyebabkan efek yang
dinamakan eksositosis, yaitu kematian sel
saraf akibat kelebihan glutamat (apoptosis sel saraf). Fenomena ini banyak
dijumpai pada penyakit degeneratif, misalnya Alzheimer, stroke, demensia. Oleh
karena itu, reseptor ini menjadi salah satu target obat alzheimer, dengan
aktivitas sebagai antagonis NMDA. Antagonis NMDA jaman dulu, contoh obatnya
taxoprodil, merupakan antagonis kuat NMDA, sehingga memblok sama sekali kanal
Ca. Namun ternyata terjadi banyak efek samping karena benar-benar tidak ada
aliran Ca masuk ke sel, sehingga dikembangan obat lain. Sekarang yang menjadi
pilihan adalah memantin, yang tidak memblok aliran Ca, tetapi memodulasi aliran
Ca sehingga tidak berlebihan. Fungsi fisiologis dari Ca akhirnya tetap terjaga,
dan tidak terjadi eksositosis.
Contoh obat lain yang beraksi pada reseptor NMDA adalah ketamin *ini sering dipake buat bius tikus di CCRC :D*.
Aktivitas utamanya adalah anestetik, namun saat ini dikembangkan juga sebagai
antidepressan.
II.2.4 Reseptor serotonin
Reseptor serotonin nama lainnya adalah 5-hydroxytriptamine (5-HT3).
Sedangkan serotonin merupakan neurotransmitter monoamin yang terlibat dalam
berbagai penyakit yang cukup luas cakupannya, meliputi penyakit psikiatrik:
depresi, kecemasan, skizoprenia, dan gangguan obsesif konfulsif; sampai
migraine. Serotonin dijumpai di jaringan kardiovaskuler, sistem saraf perifer,
sel darah, dan SSP.
Serotonin disintesis dari
prekursornya triptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase dan asam
amino aromatik dekaroksilase. Serotonin yang terbentuk akan disimpan di dalam
vesikel penyimpanan prasinaptik dengan bantuan transporter monoamine vesicular
(VMAT = vesicular monoamine transporter). Selanjutnya, jika ada picuan
maka serotonin akan dilepaskan menuju celah sinaptik.
Serotonin yang terlepas dapat
mengalami beberapa peristiwa antara lain:
1.
Berdifusi menjauh dari sinaps
2.
Dimetabolisme oleh MAO (monoamine
oksidase)
3.
Mengaktivasi reseptor presinaptik
(reseptor 5-HT1A dan 5-HT1D, suatu autoreseptor
4.
Mengaktivasireseptor
post-sinaptik
5.
Mengalami re-uptake dengan
bantuan transporter serotonin presinaptik (SERT = serotonin transporter).
Pengambilan kembali serotonin ke
dalam ujung pre-sinaptik oleh SERT (peristiwa re-uptake) merupakan mekanisme
utama penghentian transmisi signal serotonin. Karena itu, obat yang dapat
mengikat SERT dan menghambat re-uptake serotonin dapat memperpanjang aksi
serotonin. Penyakit tertentu di mana kekurangan neurotransmitter serotonin,
seperti depresi dapat diatasi dengan meningkatkan ketersediaan serotonin di
tempat aksinya dengan cara menghambat re-uptake-nya.
Obat yang dimaksud tak lain
adalah obat antidepresan golongan SSRI (selective serotonin re-uptake
inhibitor). Fluoxetin masuk golongan obat ini, disamping fluvoksamin,
paroksetin, dan sertralin. Ada juga obat anidepresan lain yang kerjanya hambat
re-uptake serotonin, tapi kerjanya tidak selektif, dia juga menghambat
re-uptake nor-epinefrin. Contoh obatnya yaitu golongan TCA (tricyclic
antidepresan: amitriptriptilin, imipramin, nortriptilin, dan despiramin). Berikut obat yang berhubungan
dengan reseptor serotonin
Obat Anti depressan
Pada saat bencana, pengungsi dikasih obat ini. Tahukah anda
pada saat depresi kadar serotonin, norepinefrin dan dopamin menurun? kalo depresi
kadar serotonin, NE dan dopamin turun berarti obatnya? yang menaikkan kadar
ketiga neurotransmitter tersebut, dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Serotonin Spesific reuptak inhibitor (SSRIs)
gambar di bawah adalah proses mekanisme serotonin. Saat kadar serotonin berlebihan maka
terdapat suatu sistem reuptake dimana kelebihan serotonin tadi
akan kembali masuk ke vesikel.
Obat golongan SSRIs menghambat proses kembalinya serotonin ke vesikel.
sehingga kadar serotonin akan meningkat
contohnya : Fluoretin
2. Heterosiklik
mengeblok reuptake serotonin dan norepinefrin, dan sebagai antagonis
reseptor muskarinik. sehingga kadar serotonin dan NE tinggi.
Contohnya : desipramin, imipramin
3.
MAO
inhibitor
pada saat serotonin ada di luar vesikel, ada kemungkinan dia akan dihajar
oleh MAO (mono amin oksidase) sehingga akan terdegradasi. Karenanya dipakai
obat inhibitor MAO sehingga serotonin, NE dan dopamin tidak terblok.Contohnya:
isokarboksamid
4.
Lain-lain
Mirtazapiin: antagonis reseptor alfa 2 presinaptik pusat. sehingga
menebabkan sekresi serotonin dan NE meningkat
Obat antipsikotik (neuroleptik)
obat ini digunakan untuk gangguan jiwa schizophrenia. Pada penderia
schizophrenia / gangguan kejiwaan, kadar dopamin dan serotonin meningkat.
Apabila kadar dopamin tinggi maka disebut gejala positif. Penderita
cenderung ekstrovert
Apabila kadar serotoninnya yang tinggi maka disebut gejala negatif.
Pendreita cenderung berdiam diri
Obat
karena dopamin dan serotonin tinggi, maka obatnya yg menurunkan kedua
senyawa tersebut. ada 2 golongan:
1.
Typical neuroleptik
Untuk mengobati gejala positif dengan menurunkan dopamin
Mekanisme: mengeblok reseptor dopamin, kolinergik muskarinik, alfa
adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: Klorpromasin, Haloperidol (potensi besar namun efek samping paling
besar yaitu dapat menyebabkan parkinson), Acetofenasin
Efek samping: Menghasilkan efek ekstrapiramidal (mempengaruhi aktivitas
motorik) seperti parkinsonisme, akathisia, tardive dyskinesia
2.
Atypical, 5-HT DA Antagonist
Untuk mengobati gejala postifi dan negatif karena menghambat reseptor
dopamin dan serotonin
Mekanisme : antagonis serotonin-dopamin, mengeblok reseptor kolinergik
muskarinik, alfa-1 adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: clozapine, quetiapine
Efek samping : Agranulositosis
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1.
Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan merupakan suatu
kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal.
2.
Contoh reseptor kanal ion dan
mekanisme aktivasinya
·
reseptor asetilkolin
nikotinik
Ada
impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada presinaptik --> Ca2+
memobilisasi Ach untuk lepas dari presinaptik --> Ach berikatan dengan
reseptor nikotinik --> Kanal Na membuka --> depolarisasi parsial -->
membuka kanal Na yang lain --> depolarisasi berlanjut --> membuka kanal
Ca2+ di RE/RS --> Ca2+ masuk ke sitoplasma --> kontraksi
·
reseptor GABAa
GABA
lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka
kanal Cl --> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi
saraf --> depresi CNS
·
reseptor glutamat (NMDA)
Glutamat
lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi dengan reseptor non-NMDA
--> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas -->
glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca
masuk --> menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan memory)
·
reseptor serotonin (5-HT3)jika serotonin terikat pada reseptor àkanal kation membuka àionNa masuk àterjadi depolarisasi arus yang
cepat dan singkat àreseptor teraktivasià berbagai efek selular
Misalnya : Reseptor 5-HT3 terlibat dalam mual
dan muntah karenakemoterapi dan radiasi
III.2 Saran
Dalam pembuatan makalah reseptor
kanal ion ini kami menyadari pembahasan sanagt penting dan luas, oleh karena
itu kami sarankan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya disertai dengan
referensi yang banyak dan memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Z., 2005, Pengantar
Farmakologi Molekuler, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Nugroho, Agung Endro, Dr., M.Si., Apt., 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat Dalam
Tubuh, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Katzung, G. Bertram, 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik,
Edisi keenam, EGC,Jakarta
Nur Arfianni, Fadilla. 2010. Pengaruh
Rokok terhadap Tekanan Darah pada Laki-laki Usia Muda. Skripsi Fak
Farm UNS
Hollister LE. 1998. Obat
antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG. Edisi
ke-enam. EGC. Jakarta.
semoga bermanfaat....
No comments:
Post a Comment