Atom

Thursday, February 7, 2013

Makalah Reseptor Kanal Ion (Inotropik)


BAB I
PENDAHULUAN

I.1.       Latar Belakang
      Kanal ion memainkan peranan penting dalam banyak tipe sel. Berbagai penyakit disebabkan karena adanya disfungsi kanal ion, antara lain penyakit aritmia jantung, diabetes, hipertensi, angina pectoris, dan epilepsi. Karena itu, kanal ion  ini merupakan salah satu target aksi favorit untuk penemuan obat baru.

            Kita ketahui bahwa tubuh kita membutuhkan ion-ion seperti Na, Ca, dan K. Namun ion- ion ini tidak dapat masuk ke dalam sel melalui membran karena ion- ion ini bermuatan, seperti yang kita ketahui, bahwa membran sel itu merupakan  suatu bentuk lipid bilayer, artinya setiap molekul yang bisa berdifusi masuk menembus membran sel harus mempunyai kelarutan lemak dan bentuk ionik ini tidak mempunyai kelarutan lemak, olek karena itu diperlukan media celah atau pori agar ion- ion ini bisa masuk ke dalam membran sehingga membran yang dari impermeable menjadi permeable, disinalah ion diperlukan sebagai celah atau saluran. Kaitannya dengan obat, dimana kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air efek lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya atau terionkan.
            Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa kanal ion memainkan peranan penting dalam banyak tipe sel, maka kami akan membahas secara terperinci mengenai reseptor ionotropik ini atau yang lebih dikenal sebagai Kanal Ion.








I.2.       Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalh ini, yaitu :
            1. Apa yang dimaksud dengan reseptor kanal ion ?
            2. Apa saja reseptor yang termasuk reseptor kanal ion ?

I.3.       Tujuan
            Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan reseptor kanal ion
2.      Untuk mengetahui contoh – contoh reseptor kanal ion dan mekanisme kerjanya
    



















BAB II
PEMBAHASAN

II.1.Pengertian Reseptor Kanal Ion
Reseptor merupakan komponen makromolekul sel (umumnya berupa protein) yangberinteraksi dengan senyawa kimia endogen pembawa pesan (hormon, neurotransmiter,mediator kimia dalam sistem imun, dan lain-lain) untuk menghasilkan respon seluler. Obatbekerja dengan melibatkan diri dalam interaksi antara senyawa kimia endogen denganreseptor ini, baik menstimulasi (agonis) maupun mencegah interaksi (antagonis).

Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1.      Ligand-gated ion chanel receptor (reseptor kanal ion)
2.      G-protein coupled receptor (reseptor yang tergandeng dengan protein-G)
3.      Tyrosine kinase-linked receptor (reseptor yang terkait dengan aktivitas kinase)
4.      Nuclear receptor (reseptor inti).
Kanal ion merupakan protein membran yang terdapat pada lapisan lipid membran sel, tersusun dari beberapa sub-unit protein membentuk suatu pori-pori.
Kanal ion tersusun atas beberapa subunit protein, dimana subunit alfa adalah subunit terbesar dan utama. Subunit alfa terdiri dari 4 domain homolog (lihat di gambar yg berwarna hijau, biru muda, hijau-biru, & ungu) yang masing2 terdiri dari 6 segmen yg melintasi membran di masing- masing homolog.

Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal. Reseptor ionotropik mengatur permeabilitas kanal ion dan diklasifikasikan berdesarkan permeabilitasnya terhadap ligan. Sifat penting dari reseptor kanal ion ini adalah sebagai berikut :
1.      Teraktivasi sbg respon thd ligan spesifik / neurotransmitter
Neurontransmiter disini maksudnya dilepaskan oleh ujung syaraf sebagai respon dari depolarisasi.
2.      memungkinkan ion melalui membran yg semula    impermeable
Dimana neurotransmitter seperti asetilkolin akan berikatan pada reseptor yg da pad kanal ion embuat kanal ion terbuka sehingga na bias masuk
3.      Selektif terhadap ion2
Hanya ion2 tertentu misalnya K, Ca dan Na
II.2. Contoh Reseptor Ionotropik Dan Mekanisme Aktivasinya
        Contoh Reseptor Ionotropik
Ø  reseptor asetilkolin nikotinik
Ø   reseptor GABAa
Ø   reseptor glutamat (NMDA)
Ø   reseptor serotonin (5-HT3)
         II.2.1 Reseptor Asetilkolin Nikotinik
Reseptor ini berperan dalam penyaluran sinyal listrik dari suatu motor neuron ke serat saraf otot. Asetilkolin yang dilepaskan oleh neuron motorik berdifusi ke membran plasma sel miosit dan terkait pada reseptor asetilkolin. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konformasi reseptor dan akan menyebabkan kanal ion membuka. Pergerakan muatan positif akan mendepolarisasi membran plasma yang menyebabkan kontraksi. Pembukaan kanal hanya berlangsung sebentar meskipun asetilkolin masih menempel pada reseptor (periode desensitisasi). Reseptor nikotinik asetilkolin yang matang terdiri atas 2 α, β, γ, dan δ. Berbeda dari yang ada di otot, struktur reseptor nikotinik asetilkolin di neuron hanya terdiri atas subunit α&β 3β2).


asetilkolin yang disintesis dari kolin dan asetil ko A, dibantu oleh enzim asetilkolintransferase. Berperan antara lain dalam regulasi belajar (learning), memori, kontrol gerakan, dan mood (perasaan) contoh: penyakit Alzheimer (pikun) disebabkan karena degenerasi sistim kolinergik, myasthenia gravis. Asetilkolin (Ach) yang dihasilkan ini nanti akan berinteraksi dengan dua reseptor, yaitu nikotinik dan muskarinik. Nah,yang terkait dengan kanal ion adalah yang nikotinik, yang muskarinik termasuk GPCR *walau M2 dan M4 juga terkait kanak Kalium*. Reseptor nikotinik ini terkait dengan kanal Na pada membran sel.
Disebut reseptor asetilkolin nikotinik karena selain memiliki daya afinitas untuk berikatan dengan asetilkolin reseptor ini juga memiliki afinitas terhadap nikotin tetap afinitas lemah terhadap muskarin.

Mekanisme transduksi sinyal pada reseptor nikotinik ini :
Ada impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada presinaptik --> Ca2+ memobilisasi Ach untuk lepas dari presinaptik --> Ach berikatan dengan reseptor nikotinik --> Kanal Na membuka --> depolarisasi parsial --> membuka kanal Na yang lain --> depolarisasi berlanjut --> membuka kanal Ca2+ di RE/RS --> Ca2+ masuk ke sitoplasma --> kontraksi
Akson terbuka yang melebar terletak pada alur permukaan serabut otot yang dibentuk oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang membentuk lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan sarkolema yang terletak di dekat akson yang melebar. Di antara membran plasma akson (aksolema atau membran prasinaps) dan membran plasma serabut otot (sarkolema atau membran pascasinaps) terdapat celah sinaps.
Saat potensial aksi mencapai membran prasinaps motor end-plate, kanal voltage-gated Ca2+ terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin ke celah sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor Ach tipe nikotinik di membran pascasinaps junctional fold. Setelah pintu kanal terbuka, membran pascasinaps lebih permeabel terhadap Na+ yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi potensial lokal (end-plate potential). Pintu kanal Ach permeabel terhadap K+ yang keluar dari sel namun dalam jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate potential cukup besar, kanal voltage-gated untuk Na+ terbuka dan timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang permukaan sarkolema. Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus T menuju miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot.
pada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil hidrolase (AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin.
di ujungterminal saraf Kemudian dissimpan di vesicle sinap dan akan dilepaskan ketika ketika kanal ca terbuka . Setelah pelepasannyake celah sinap, asetilkolin dengan cepat dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase (truecholinesterase) menjadi asetat dan kolin. Salah satu obat yang berhubungan dengan asetilkolin ini yaitu kolinesterase inhibitor yaitu obat atau senyawa yg menghambat kerja enzim asetilkolinesterase (yg mendegradasi asetilkolin). dibagi menjadi 2 golongan, namun cara kerja keduanya sama yaitu sebagai substrat palsu sehingga Asetilkolin menggandeng obat tersebut, bukan asetil-kolinesterase
ada dua inhibitor yang menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik yaitu
1.    Inhibitor Reversibel                                                                      .
Obat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini adalah Edroponium. Obat ini bereaksi dengan cepat yang diberikan secara intravena untuk diagnosa penyakit Myastenia gravis. Pada penderita Myastenia gravis jika diberikan Edroponium maka akan meningkatkan kekuatan otot skeletal.

2.    Inhibitor Irreversibe                                                      l
Obat ini berinteraksi dengan sisi sktif enzim AchE dan bersifat tak terbalikkan dan biasanya senyawa golongan ini bersifat larut dalam lipid sehingga dapat menembus barrier darah otak. Obat ini bereaksi dengan memfosforilasi enzim AchE sehingga mengakibatkan inaktivasi enzim tersebut. Senyawa yang bersifat sebagai Inhibitor Irreversibel ini contohnya yaitu Malation, golongan insektisida dan golongan pestisida (organophosphat). Jika suatu inhibitor irreversibel ini bereaksi terhadap enzim asetilkolinesterase maka enzim ini tidak aktif sehingga tidak dapat memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin dan mengakibatkan penumpukan. Obat yang dapat digunakan adalah Pralidoksim. Obat ini bereaksi dengan menarik kuat Inhibitor Irreversibel dari sisi aktif enzim agar enzim tersebut aktif kembali. Tetapi penggunakaan pralidoksim pada pasien keracunan organophosphat harus dilakukan pada waktu yang cepat, karena dalam waktu beberapa jam setelah keracunan organofospat, enzim terfosforilasi atau kehilangan gugus alkil atau alkoksi sehingga menyebabkan atbil dan lebih resisten terhadap pralidoksim.
Keracunan organofosfat
Terjadi akibat kelebihan asetilkolin pada celah sinaptik. pengobatan ada 2 macam:
·      Antagonis asetilkolin pada reseptornya : misalnya diberi atropin sehingga efek asetilkolin mengalami penurunan    Contoh senyawa alami yang bereaksi dengan hal ini adalah Atropin dan Hyosin. Atropin bersifat larut dalam lipid  sehingga mudah untuk diabsorpsi dan dapat menembut barrier darah otak. Atropin ini dapat digunakan pada kasus keracunan organophospat. Yaitu berinteraksi dengan mengeblok kelebihan asetilkolin pada reseptor muskarinik, tetapi tidak pada reseptor nikotinik.
·      Hidrolisis kompleks AchE-organofosfat : bisa dilakukan dan akhirnya AchE bisa bekerja normal kembali! misalnya dengan pralidoksim. namun sayangnya obat tersebut tidak bisa menembus sawar darah otak. Lah jika terlalu lama kan organofosfat bisa menembus sawar darah otak. karenanya pengobatan harus sedini mungkin
Selain inhibitor enzim asetiltransferse ada juga obat pelemas otot atau
Neuromuscular blocking agent, ada 2 golongan yaitu
1.    Non depolarizing blocking agent
Menduduki reseptor tanpa menyebabkan aktivasi dari kanal ion -à
mencegah depolarisasi
Pelumpuh otot Non-depolarisasi bekerja sebagai kompetitif antagonis. Sebagai contoh pada kondisi dimana berhubungan dengan sedikit reseptor ACh (down regulasi pada myasthenia gravis) menunjukan resistensi pada relaksan yang depolarisasi sedang sensitivitas meningkan pada pelumpuh otot yang nondepolarisasi.
Obat golongan non-depolarisasi terikat juga pada reseptor ACh namun tidak menyebabkan terbukanya kanal natrium sehingga tidak terjadi kontraksi otot skeletal, karena tidak timbul potensial aksi pada lempeng akhir motorik. Obat golongan ini akan menetap pada reseptor ACh (kecuali Atracurium dan Mivacurium) sampai terjadi redistribusi, metabolisme ataupun eliminasi obat ini dari dalam tubuh, dapat juga dengan pemberian obat yang bersifat melawan daya kerja obat ini. Cara melawannya dengan menekan fungsi asetilkolinesterase sehingga meningkatkan konsentrasi ACh, untuk dapat berkompetisi dalam menduduki reseptor ACh dan menghilangkan efek blok yang ditimbulkan oleh obat golongan non-depolarisasi.

2.    Depolarizing blocking agent
Obat-obatdepolarizing bloking agent ini memperlama depolarisasi
à mencegah kembalinya keresting state.
à Karena itu : pelepasan asetilkolin lebih lanjut tidak bisa memicpotensial aksi àNo more action potentials: muscle is then
paralyzed even though receptors are activated.
suksinilkolin ini mirip sama asetilkolin tapi dia lebih resisten terhadap
asetilkolinesterase, suatu enzim yang mendegradasi asetilkolin menjadi kolin
dan asetat, sehingga menyebabkan depolarisasi terjadi lebih lama dari yang
seharusnya,akibatnya sel menjadi terdesentisasi dan repolarisasi terhambat, so
sel tidak dapat menerima impuls selanjutnya, otot tidak mengalami kontraksi
suksikinolin merupakan golongan obat yang menimbulkan depolarisasi
pelumpuh otot menyerupai asetilkolin (Ach) sehngga akan terikat pada
reseptor ACh danmenimbulkan potensial aksi dari otot skeletal karena
terbukanya kanal natrium. Namun tidak seperti ACh obat ini tidak langsung
dimetabolisme oleh asetilkolin esterase, sehingga konsentrasinya di celah
sinap akan menetap lebih lama yangakan menghasilkan pemanjangan
depolarisasi dari lempeng pertemuan otot skeletal. Adanya potensial aksi pada
lempeng pertemuan otot skeletal ini akan menyebabkan potensial aksi pada
membran otot, yang akan membuka kanal sodium dalam waktu tertentu.
Setelah tertutup kembali kanal ini tidak dapat terbuka kembali sebelum terjadi
repolarisasi dari lempeng motorik, yang disini tidak juga akan terjadi
sebelumobat yang menyebabkan depolarisasi meninggalkan reseptor yang
didudukinya. Sementara itu setelah kanal sodium di peri junctional tertutup,
otot akan kembali pada posisi relaksasi dan akan berlanjut sampai obat
golongan ini dihidrolisis oleh enzim pseudo cholinesterase yang terdapat di
plasma dan di hati. Umumnya proses ini berlangsung dalam waktu yang
singkat sehingga tidak dibutuhkan obatspesifik untuk melawan efek relaksasi
dari obat golongan depolarisasi ini.
 Ciri-ciri kelumpuhan :
· Ada fasikulasi otot
· Berpotensi dengan antikoliestrase
· Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat non-depolarsasi dan  asidosis
· Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap paa perangsangan tunggal
   maupun tetanik.
·  Belum diatasi dengan obat spesifik.
 suksinilkolin ini lebih aman digunakan karena dia mirip dengan senyawa
 endogen, jadi kemungkinan ditolak tubuh lebih kecil kayak insulin buat
 orang diabetes melitus tu lho.. Insulin eksogen lebih aman karena lebih
 mirip insulin endogen daripada pake obat2 antidiabetes..
Contoh lain adalah chantix  yang digunakan sebagai terapi pada orang yang ingin sembuh dari ketergantungan rokok. Kok bisa? jadi ketika ada nikotin dari rokok berinteraksi dengan reseptor nikotinik, ternyata memacu pelepasan dopamin yang banyak sehingga akan menyebabkan ketagihan. Sedangkan ketika chantix yang berinteraksi dengan reseptor nikotinik, dopamin yang dilepaskan tidak terlalu banyak sehingga tidak bersifat addiktif.
         II.2.2 Reseptor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)
Reseptor ini merupakan neurotransmitter inhibitor utama di otak. Sehingga aksinya nanti adalah depresi CNS. Si reseptor GABA ini unik, karena dia memiliki banyak tempat untuk berikatan dengan berbagai zat. Sisi aktifnya untuk berikatan dengan GABA disebutortosterik, sedangkan untuk berikatan dengan senyawa lain disebut allosterik, antara lain terdapat benzodiazepin site, barbiturat site, dan steroid site. Selain itu, etanol juga bisa berikatan di reseptor GABA sehingga menyebabkan depresi CNS. Reseptor GABA ini terkait dengan kanal Cl. Mekanisme yang terjadi pada reseptor ini :
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl --> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS

Gaba tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi endorfin yang memberikan rasa kesejahteraan. Rasa yang kita rasakan ketika endorfin ini dilepaskan yaiotu ketika kita latihan dan berhubungan seksual
Orang yang impulsif biasanya bertindak secara spontan atau cepat, tiba-tiba, kasar, memaksa, tanpa perencanaan, tanpa pertimbangan, dan tak mampu menunda keinginannya. Melalui penelitian yang dilakukan di Inggris, para ilmuwan mempelajari mengapa beberapa orang tidak dapat mengendalikan dirinya dalam membuat suatu keputusan. Ditemukan, pada pria impulsif, terdapat kekurangan zat kimia yang disebut GABA yang mengirimkan pesan antara sel-sel otak, menurut laporan Express, Kamis (11/8). Para ilmuwan di Cardiff University memantau sejumlah mahasiswa pria dalam situasi saat mereka harus mengambil keputusan dan mengukur aktivitas otak mereka pada saat yang sama. Mereka yang aktivitas otaknya berkurang lebih cenderung untuk membuat keputusan secara spontan.
Gaba ini dihasilkan melalkui siklus krebs dmna pada Di jaringan saraf, alpha ketoglutarat diubah menjadi glutamate kemudian menjadi GABA dan mengethui hal ini kita bisa mningkatgkan gaba deng Anda harus makan makanan yang kaya karbohidrat kompleks seperti gandum, beras merah dan gandum sebagai bagian dari diet Anda.  Makanan lain yang dapat  memperbayak glutamin atau prekursor-nya, asam glutamat dan glutamat, termasuk buah jeruk, hati sapi, brokoli, halibut dan lentil. Suplemen bermanfaat untuk mengambil adalah L-theanine, sebuah asam amino yang ditemukan dalam teh hijau, dan tersedia dalam bentuk suplemen. L-theanine dapat menenangkan saraf Anda dengan tetap menjaga kejernihan pikiran. Dengan kata lain, menenangkan anda, tetapi tidak membuat Anda mengantuk dan memungkinkan Anda untuk menikmati hari Anda dengan kecemasan.
GABA Disintesis dari glutamat dg bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), dan didegradasi oleh GABA-transaminase
penghambatan enzim2nya ini sangat berperan pada pengobatan epilepsy, dimana pada penderita epilepsi mereka kekurangan gaba. Karena tidak ada yang menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi aktivasi, respon yang diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan *kejang*. Terapi yang bisa diberikan salah satunya adalah dengan meningkatkan GABA, yaitu meningkatkan GAD (enzim yang mengubah glutamat menjadai GABA) dengan contoh obat gabapentin, menghambat reuptake GABA dengan contoh obat tiagabin, atau dengan menghambat GABA transaminase sehingga GABA tidak diubah menjadi metabolitnya, contoh obatnya vigabatrin.
adanya berbagai site pada reseptor ini dimanfaatkan sebagai strategi-strategi untuk memanipulasi si reseptor GABA ini. Misalnya obat-obat golongan benzodiazepin, akan meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA sehingga pembukaan kanal Cl lebih lama, depresi CNS yang terjadi juga lebih lama dan besar Begitu juga mekanisme yang terjadi pada obat golongan barbiturat.
1.    Obat-obat benzodiazepin (diazepam, klordiazepoksid, lorazepam) à meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA pada GABA site à mengaktivasi reseptor GABA àmeningkatkan frekuensi pembukaankanal Clàhiperpolarisasi àdepresi CNS
2.    Obat-obat barbiturat (fenobarbital, pentobarbital) à memperlamapembukaan kanal Cl à hiperpolarisasi à depresi CNS
Barbiturat memperpanjang durasi pembukaan kanal, sehingga memaksimalkan kesempatan bagi Cl- mengalir. Dengan mekanisme inilah golongan barbiturat banyak digunakan sebagai obat epilepsi, selain digunakan sebagai sedatif.
3.    Pikrotoksin (konvulsan) àmengeblok kanal Cl à mengeblok efek penghambatan post-sinaptik GABA à efek eksitatori > à konvulsi
4.    Steroid : Steroid yang dimaksud adalah neuerosteroid dan steroid neuroaktif. Steroid   jenis ini bereaksi secara non genomik, yaitu bekerja pada reseptor GABA. Contohnya adalah progesteron dan metabolitnya allopregnalon
         II.2.3 Reseptor Glutamat
Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatori. Reseptor glutamat ada 2 jenis, ionotropik dan metabotropik. Nah, yang ionotropik (terkait kanal ion) ada 3, yaitu NMDA, AMPA, dan kainate. Namun, yang sudah banyak diteliti adalah reseptor NMDA. Reseptor NMDA ini banyak ditemukan di otak  bagian cortex cerebral dan hippocampus sehingga memiliki peranan penting dalam fungsi memori dan belajar. Keunikan dari reseptor NMDA ini adalah dia ter-blok oleh ion Mg2+ (mengeblok kanal Na dan Ca) ketika dalam keadaan inaktif, sehingga membutuhkan reseptor non-NMDA untuk mengaktivasinya. Mekanismenya
Glutamat lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi dengan reseptor non-NMDA --> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas --> glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca masuk --> menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan memory)

Aktivasi berlebihan dari reseptor NMDA ini berbahaya loh. Kalo aktivasinya berlebihan, ion Ca yang masuk dalam sel saraf berlebihan, dapat menyebabkan efek yang dinamakan eksositosis, yaitu kematian sel saraf akibat kelebihan glutamat (apoptosis sel saraf). Fenomena ini banyak dijumpai pada penyakit degeneratif, misalnya Alzheimer, stroke, demensia. Oleh karena itu, reseptor ini menjadi salah satu target obat alzheimer, dengan aktivitas sebagai antagonis NMDA. Antagonis NMDA jaman dulu, contoh obatnya taxoprodil, merupakan antagonis kuat NMDA, sehingga memblok sama sekali kanal Ca. Namun ternyata terjadi banyak efek samping karena benar-benar tidak ada aliran Ca masuk ke sel, sehingga dikembangan obat lain. Sekarang yang menjadi pilihan adalah memantin, yang tidak memblok aliran Ca, tetapi memodulasi aliran Ca sehingga tidak berlebihan. Fungsi fisiologis dari Ca akhirnya tetap terjaga, dan tidak terjadi eksositosis.
Contoh obat lain yang beraksi pada reseptor NMDA adalah ketamin *ini sering dipake buat bius tikus di CCRC :D*. Aktivitas utamanya adalah anestetik, namun saat ini dikembangkan juga sebagai antidepressan.
         II.2.4 Reseptor serotonin
Reseptor serotonin nama lainnya adalah 5-hydroxytriptamine (5-HT3). Sedangkan serotonin merupakan neurotransmitter monoamin yang terlibat dalam berbagai penyakit yang cukup luas cakupannya, meliputi penyakit psikiatrik: depresi, kecemasan, skizoprenia, dan gangguan obsesif konfulsif; sampai migraine. Serotonin dijumpai di jaringan kardiovaskuler, sistem saraf perifer, sel darah, dan SSP.
Serotonin disintesis dari prekursornya triptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase dan asam amino aromatik dekaroksilase. Serotonin yang terbentuk akan disimpan di dalam vesikel penyimpanan prasinaptik dengan bantuan transporter monoamine vesicular (VMAT = vesicular monoamine transporter). Selanjutnya, jika ada picuan maka serotonin akan dilepaskan menuju celah sinaptik.
Serotonin yang terlepas dapat mengalami beberapa peristiwa antara lain:
1.    Berdifusi menjauh dari sinaps
2.    Dimetabolisme oleh MAO (monoamine oksidase)
3.    Mengaktivasi reseptor presinaptik (reseptor 5-HT1A dan 5-HT1D, suatu autoreseptor
4.    Mengaktivasireseptor post-sinaptik
5.    Mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik (SERT = serotonin transporter).
Pengambilan kembali serotonin ke dalam ujung pre-sinaptik oleh SERT (peristiwa re-uptake) merupakan mekanisme utama penghentian transmisi signal serotonin. Karena itu, obat yang dapat mengikat SERT dan menghambat re-uptake serotonin dapat memperpanjang aksi serotonin. Penyakit tertentu di mana kekurangan neurotransmitter serotonin, seperti depresi dapat diatasi dengan meningkatkan ketersediaan serotonin di tempat aksinya dengan cara menghambat re-uptake-nya.
5-ht-edit
Obat yang dimaksud tak lain adalah obat antidepresan golongan SSRI (selective serotonin re-uptake inhibitor). Fluoxetin masuk golongan obat ini, disamping fluvoksamin, paroksetin, dan sertralin. Ada juga obat anidepresan lain yang kerjanya hambat re-uptake serotonin, tapi kerjanya tidak selektif, dia juga menghambat re-uptake nor-epinefrin. Contoh obatnya yaitu golongan TCA (tricyclic antidepresan: amitriptriptilin, imipramin, nortriptilin, dan despiramin). Berikut obat yang berhubungan dengan reseptor serotonin
Obat Anti depressan
Pada saat bencana, pengungsi dikasih obat ini. Tahukah anda pada saat depresi kadar serotonin, norepinefrin dan dopamin menurun? kalo depresi kadar serotonin, NE dan dopamin turun berarti obatnya? yang menaikkan kadar ketiga neurotransmitter tersebut, dibagi menjadi 4 kelompok:
1.      Serotonin Spesific reuptak inhibitor (SSRIs)
gambar di bawah adalah proses mekanisme serotonin. Saat kadar serotonin berlebihan maka terdapat suatu sistem reuptake dimana kelebihan serotonin tadi akan kembali masuk ke vesikel.

http://www.vrp.com/static/editorialImages/ADDADHDFig1.jpg
Obat golongan SSRIs menghambat proses kembalinya serotonin ke vesikel. sehingga kadar serotonin akan meningkat
contohnya : Fluoretin
2.  Heterosiklik
mengeblok reuptake serotonin dan norepinefrin, dan sebagai antagonis reseptor muskarinik. sehingga kadar serotonin dan NE tinggi.
Contohnya : desipramin, imipramin
3.      MAO inhibitor
pada saat serotonin ada di luar vesikel, ada kemungkinan dia akan dihajar oleh MAO (mono amin oksidase) sehingga akan terdegradasi. Karenanya dipakai obat inhibitor MAO sehingga serotonin, NE dan dopamin tidak terblok.Contohnya: isokarboksamid
4.      Lain-lain
Mirtazapiin: antagonis reseptor alfa 2 presinaptik pusat. sehingga menebabkan sekresi serotonin dan NE meningkat
Obat antipsikotik (neuroleptik)
obat ini digunakan untuk gangguan jiwa schizophrenia. Pada penderia schizophrenia / gangguan kejiwaan, kadar dopamin dan serotonin meningkat.
Apabila kadar dopamin tinggi maka disebut gejala positif. Penderita cenderung ekstrovert
Apabila kadar serotoninnya yang tinggi maka disebut gejala negatif. Pendreita cenderung berdiam diri
Obat
karena dopamin dan serotonin tinggi, maka obatnya yg menurunkan kedua senyawa tersebut. ada 2 golongan:
1.    Typical neuroleptik
Untuk mengobati gejala positif dengan menurunkan dopamin
Mekanisme:  mengeblok reseptor dopamin, kolinergik muskarinik, alfa adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: Klorpromasin, Haloperidol (potensi besar namun efek samping paling besar yaitu dapat menyebabkan parkinson), Acetofenasin
Efek samping: Menghasilkan efek ekstrapiramidal (mempengaruhi aktivitas motorik) seperti parkinsonisme, akathisia, tardive dyskinesia
2.      Atypical, 5-HT DA Antagonist
Untuk mengobati gejala postifi dan negatif karena menghambat reseptor dopamin dan serotonin
Mekanisme : antagonis serotonin-dopamin, mengeblok reseptor kolinergik muskarinik, alfa-1 adrenergik dan H-1 histaminergik
Contoh: clozapine, quetiapine
Efek samping : Agranulositosis












BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1.      Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal.
2.       Contoh reseptor kanal ion dan mekanisme aktivasinya
·         reseptor asetilkolin nikotinik
Ada impuls saraf --> membuka kanal Ca2+ pada presinaptik --> Ca2+ memobilisasi Ach untuk lepas dari presinaptik --> Ach berikatan dengan reseptor nikotinik --> Kanal Na membuka --> depolarisasi parsial --> membuka kanal Na yang lain --> depolarisasi berlanjut --> membuka kanal Ca2+ di RE/RS --> Ca2+ masuk ke sitoplasma --> kontraksi
·          reseptor GABAa
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl --> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS
·          reseptor glutamat (NMDA)
Glutamat lepas dari saraf presinaptik --> berinteraksi dengan reseptor non-NMDA --> afinitas reseptor NMDA dengan Mg2+ berkurang --> Mg2+ lepas --> glutamat mengaktivasi NMDA --> membukan kanal Na dan Ca --> Na dan Ca masuk --> menghasilkan efek seluler (memicu signaling dalam learning dan memory)

·          reseptor serotonin (5-HT3)jika serotonin terikat pada reseptor àkanal kation   membuka àionNa masuk àterjadi depolarisasi arus yang cepat dan singkat àreseptor teraktivasià berbagai efek   selular
 Misalnya : Reseptor 5-HT3 terlibat dalam mual dan muntah karenakemoterapi dan radiasi
III.2  Saran
Dalam pembuatan makalah reseptor kanal ion ini kami menyadari pembahasan sanagt penting dan luas, oleh karena itu kami sarankan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya disertai dengan referensi yang banyak dan memadai.














DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Z., 2005, Pengantar Farmakologi Molekuler, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Nugroho, Agung Endro, Dr., M.Si., Apt., 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat Dalam Tubuh, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Katzung, G. Bertram, 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi keenam, EGC,Jakarta

Nur Arfianni, Fadilla. 2010. Pengaruh Rokok terhadap Tekanan Darah pada Laki-laki Usia Muda. Skripsi Fak Farm UNS

Hollister LE. 1998. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG. Edisi ke-enam. EGC. Jakarta.

Wahyudi, Moch Yeni, 2012, Ondansetron. http://www.farmasiku.com, diakses tanggal 27 Desember 2012



semoga bermanfaat....




No comments:

Post a Comment