BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Larutan
ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan
lain sebagai pelarut digunakan air suling.Pernyataan kelarutan berarti bahwa 1
g zat padat atau 1 ml zat cair tersebut larut dalam sejumlah ml pelarut
Istilah
kelarutan
|
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan
|
Sangat Mudah
Mudah larut
Larut
Agak sukar larut
Sukar larut
Sangat sukar larut
Praktis tidak larut
|
Kurang dari 1
1-10
10-30
30-100
100-1000
1000-10.000
Lebih dari 10.00
|
Kelarutan suatu zat harus selalu
diketahui sebelum zat tersebut dilarutkan dengan sejumlah pelarut, untuk
menjamin jumlah pelarut yang diberikan itu cukup untuk melarutkan.
Misalnya bila zat A itu mudha larut
dalam air, maka dibutuhkan minimal 1 – 10 ml air untuk melarutkan setiap 1 g
zat tersebut sehingga bila zat yang akan dilarutkan sejumlah 2 gram maka
sekurang- kurangnya 2-20 ml air yang diperlukan untuk melarutkan zat tersebut
Melarutkan zat sebaiknya dilakukan
didalam erlemyer (terlebih lagi bila zatnya mudah menguap harus dengan
erlenmeyer bertutup) kecuali bila dibutuhkan pengadukan dan atau untuk
mereaksikan suatu zat maka dapat dilakukan di beaker gelas atau lumpang.
Selain kelarutan yang paling penting
diketahui dalam membuat sediaan larutan maupun sediaan farmasi lain adalah dosis maksimal suatu bahan obat karena
obat yang dibuat tanpa memperhatikan dosis maksimalnya sangat berbahaya. Jika
dosis berlebih dalam setiap pemakaian atau setiap harinya akan membuat obat itu
menjadi suatu racun yang bisa menimbulkan efek –efek negatif bagi kesehatan
tubuh bahkan menyebabkan kematian. Untuk itu perlu kita ketahui dosis suatu
bahan obat dalam suatu sediaan untuk setiap pemakainnya
Read More
Read More
I.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara menghitung dosis
maksimal dalam sediaan cair.
I.3
Rumusan Percobaan
Bagaimana cara menghitung dosis maksimal
suatu sediaan larutan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori
MENGHITUNG DOSIS MAKSIMAL DALAM SEDIAAN CAIR
Dalam
sediaan cair, obat biasa diberikan dalam takaran sendok atau tetes. Dalam
kefarmasian sendok obat terdiri dari
1. Sendok
the dengan volume tiap sendoknya 5 ml
2. Sendok
makan dengan volume tiap sendoknya 15 ml
3. Sendok
bubur dengan volume tiap sendoknya 8 ml
4. Tetesan
biasanya menghasilkan sekitar 20 tetes tiap ml
Untuk dapat menghitung dosis dalam sediaan cair maka
yang kita perlu perhatikan adalah berapa
dosis yang diberikan dan berapa volume dari larutan obatnya
Contoh
R/ efedrin HCl 100 mg (DM sekali pakai 300mg/sehari 600 mg)
Aqua destilatasi ad 100 ml
m.f.potio
s.t.dd.Cth.II
pro: Dian (10 tahun)
Perhitungan dosis maksimal
Dosis maksimal untuk umur 10
1 x pakai : 10/20 x 300 mg
= 150 mg
Sehari : 10/20 x
600 mg = 300 mg
Dosis maksimal sesuai resep (aturan
pakainya : 3 sehari 2 sendok the (2 x 5ml))
1 x pakai : 2 x 5 ml / 100
ml x 100 mg = 10 mg < 150 mg
Sehari : 3 x 10 mg = 30 mg < 300 mg
II.
2 Uraian Bahan
Resep
2.1
1. NR = Natrii Bromidum
NL = Natrium Bromida
Pemerian = hablur kecil, transparan atau buram, tidak
berwarna, atau
serbuk
butir putih; tidak berbau; rasa asin dan agak pahit;
meleleh
basah
Kelarutan = larut dalam 1,5
bagian air dan dalam 17 bagian etanol
(95%) P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = sedativum
DM = sekali 2g, sehari 6g
2. NR = Kalii Bromidum
NL = Kalium Bromida
Pemerian = hablur tidak berwarna, transparan
atau buram atau serbuk
butir; tidak berbau; rasa asin dan agak
pahit
Kelarutan = larut dalam lebih kurang 1,6 bagian
air & dalam lebih
kurang 200 bagian etanol (90%) P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = sedativum
DM = sekali 2g, sehari 8g
3. NR = Ammonii Bromidum
NL = Ammonium Bromida
Pemerian =
hablur atau sebuk hablur; tidak berwarna sampai putih
kekuningan
lemah; tidak berbau; higroskopik
Kelarutan = larut dalam 1,3 bagian air dan dalam
12 bagian etanol (95%) P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
DM = sekali 1g, sehari 3g
Resep
2.2
1. NR = isoniazidum
NL = isoniazida
Pemerian = hablur putih; tidak berbau; rasa agak
pahit; terurai
perlahan-lahan oleh udara dan cahaya
Kelarutan = mudah larut dalam air; agak sukar
larut dalam etanol
(95%) P; sukar larut dalam kloroform dan
dalam eter P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
Khasiat = antituberkulosa
DM = sehari 10mg/kg
2. NR = Natrii Citras
NL = Natrium sitrat
Pemerian = hablur tidak berwarna atau serbuk
halus putih
Kelarutan = mudah larut dalam air; sangat mudah
larut dalam air
mendidih; praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat
Khasiat = antikoagulan
3. NR = Acidum citras
NL = Asam sitrat
Pemerian = hablur tidak berwarna atau serbuk
putih; tidak berbau;
rasa sangat asam; agak higroskopik
merapuh dalam udara
kering dan panas
Kelarutan = larut dalam kurangdari 1 bagian air
dan dalam 1,5 bagian
etanol (95%) P; sukar larut dala eter P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = zat tambahan
4. NR = Sorbitolum
Nl = Sorbitol
Pemerian = serbuk, butiran atau kepingan; putih;
rasa manis;
higroskopik
Kelarutan = sangat mudah larut dalam air, sukar
larut dalam etanol
(95%) P, dalam methanol P dan dalam asam
asetat P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat
Khasiat = zat tambahan
5. NR = Glycerolum
NL = Gliserol ; Gliserin
Pemerian = cairan seperti sirop; jernih, tidak
berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 20
Kelarutan = dapat campur dengan air dan dengan
etanol (95%) P;
praktis
tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan
dalam minyak lemak
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = zat tambahan
Resep
2.3
1. NR = Acidum salicycum
NL = Asam salisilat
Pemerian = hablur ringan tidak berwarna atau
serbuk berwarna putih;
hampir tidak berbau; rasa agak manis dan
tajam
Kelarutan = larut dalam 550 bagian air dan 4
bagian etanol (95%) P;
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter
P; larut
dalam larutan ammonium asetat P,
dinatrium
hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan
natrium sitrat P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = keratolitikum, antifungi
2. NR = Sulfur praeapitatum
NL = belerang endap
Pemerian = tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan = praktis tidak larut dalam air; sangat
mudah larut dalam
karbondisulfida P, dalam minyak zaitun
P, sangat sukar
larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = antiskabies
3. NR = Vaselinum album
NL = vaselim putih
Pemerian = massa lunak, lengket, bening, putih;
sifat ini tetap setelah
zat dileburkan hingga dingin tanpa
diaduk. Berfluoresensi
lemah, jika dicairkan, tidak berbau;
hampir tidak berasa
Kelarutan = praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P;
larut dalam kloroform P, dalam eter P
dan dalam minyak
tanah P, larutan kadang-kadang
beropalesensi lemah
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = zat tambahan
4. NR = Mentholum
NL = Mentol
Pemerian = hablur berbentuk jarum atau prisma;
tidak berwarna; bau
tajam
seperti minyak permen; rasa panas dan aromatic.
Kelarutan = sukar larut dalam air; sangat mudah
larut etanol (95%) P;
dalam kloroform P dan dalam eter P;
mudah larut dalam
paraffin cair P dan dalam minyak atsiri
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Khasiat = korigen; antiiritan
Resep 2.4
1. NR = Phenobarbitalum
NL = Fenobarbital; Luminal
Pemerian = hablur atau serbuk hablur; putih
tidak berbau; rasa agak
pahit
Kelarutan = sangat sukar larut dalam air, larut
dalam etanol (95%) P,
dalam eter P, dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam
larutan alkali karbonat
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik
Khasiat = hipnotikum, sedativum
DM = sekali 300mg, sehari 600mg
2. NR = Chlorpheniramini maleas
NL = Klorfeniramini maleat
Pemerian = serbuk hablur; putih; tidak berbau;
rasa pahit
Kelarutan = larut dalam 4 bagian air, dalam 10
bagian etanol (95%) P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter P
Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Khasiat = antihistaminikum
DM = sehari 40mg
Ii.3
Farmakologi Obat
1.
R / II.1
Menurut FI. III Kalii Bromidum danNatrii Bromidum berkhasiat sebagai sedativum.
Obat golongan sedativ merupakan golongan obat pendepresi
susunan saraf pusat. pada dosis terapi obat sedativ menekan aktivitas mental,,
menurunkan respon terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Efek sedasi juga merupakan efek samping
beberapa obat lain yang tidak termasuk golongan depresan ssp. Walaupun obat
tersebvut memperkuat penekanan ssp, secara tersendiri obat tersebut
memperlihatkan efek yang lebih spesifikpada dosis yang jauh lebih spesifik
dibandingkan dosis yang dibutuhkan untuk mendepresi ssp secara umum. (Farmakologi & Terapi V)
2.
R /II.2
Menurut FI.III isoniazin berkhasiat sebagai anti
tuberklosis.
ISONEX Dumex Indonesia K
Isoniazida 50
mg/ml. Indikasi : tuberkulosis.
Kontra indikasi : kelainan fungsi ginjal. Efek
samping : neuritis perifer, kadang-kadang didapatkan kegelisahan insomnia
dan sakit kepala. Dosis : anak
sampai 1 tahun, tiap 6 jam 25 -50 mg ; 1-5 tahun tiap 6 jam 50 – 100mg. (ISO Indonesia)
3.
R /II.3
Salep 3-10
(dari salep 2-4 ; salep asam salisilat belerang).
SALEP KUNING
CAP ISTANA Infarmind B
Asam salisilat 2
%, belerang 4%. Indikasi : luka-luka pada kulit, gatal-gatal, bersisik. Kemasan :
pot 15g dan 30g. (ISO Indonesia)
4.
R /II.3
Phenobarbital
/ fenobarbital berkhasiat sebagai sedativum hipnotikum.
COMBINAL Combiphar
K
Fenobarbital 100 mg ; 50mg;30mg;25mg;15mg/tablet salut
selaput. Indikasi : konvulsi,
migrain, insomnia akibat gangguan syaraf, epilepsi. Kontra indikasi : kerusakan hati atau ginjal, porfiria akut. Efek
samping : dapat menyebabkan ketagihan. (ISO
Indonesia)
Menurut
FI.III, chlorpheniramini / klorfeniramini juga berkhasiat sebagai sedativum ;
hipnotikum
COROMETON Coronet Crown K
Klorfeniramini msleat 4mg/tablet. Indikasi : uritkaria, gagal dermatitis, rinitis verigo, mual,
mabuk kendaraan, angloedum, asma serta batuk alergi lai. Efek samping ; rasa kantuk, lemah , pusinbg, mual, muntah, sakit
kepala,penglihatan kabur, rasa kering pada mulutb, kurang nafsu makan. (ISO Indonesia)
BAB
III
METODE
KERJA
III. 1 Alat Dan Bahan
III.1.a
Alat yang digunakan
§ Lumpang
dan alu
§ Pipet
tetes
§ Sendok
tanduk
§ Penggorek
§ Gelas
ukur 100 ml
§ Labu
erlemenyer
III.1.b Bahan
yang digunakan
§ Natrii
Bromida
§ Kalii
Bromida
§ Ammonium
Bromida
§ Cotrimoxazole
§ Phenobarbital
§ Chlorpheniramini
§ Menthol
§ Sulfur
§ Asam
salisilat
§ INH
§ As.
Sitrat
§ Natrium
sitrat
§ Gliserol
§ Sobital
§ Aquades
III.2 Cara Kerja
No 2.1
Perhitungan
Bahan :
KBr
2
NaBr 2
NH4Br 1
Aqua
Dest ad 60 ml
URAIAN RESEP
R/ = recipe =
ambillah
m = misce =
campurkan
f = fac =
dibuat
potio =
obat minum
s = signa
= tandai, beri tanda
t.dd = ter de die =
tiga kali sehari
Perhitungan DM
1. NaBr
2/6 G
U/ Umur 15 thun
10/20 x 2/6 =
1g/3g
Untuk berdasarkan resep :
1
X P =
%
=
dd
= 3
% = x 100 % = 10
% < 100%
2. KBr
Berdasarkan
R/
1xp = 2 x 15ml/60 ml x 2 = 1g < 2g
% = ½ x 100 % = 50 %
dd = 3 x 1 g = 3g < 6g
% = 3/6
x 100 % = 50 %
3. NH4Br
1g/3g
Berdasarkan
R/
1xp = 2 x 15ml/60 ml x 1 = 0,5g < 1g
% = 0,5/1 x 100 % = 50 %
dd = 3 x 0,5 g = 1,6g < 3g
% = 1,6/3 x 100 % =
50 %
DM
searah = KBr + NaBr + NH4Br
1xp = 50 % + 50 % + 50 % = 150 %
dd = 37,5 % + 50 % + 50 % = 137,5 %
Cara Kerja :
1. Dikalibrasi
botol
2. Ditimbang
NaBr, dimasukkan dalam erlemeyer
3. Ditimbang
KBr, dimasukkan dalam erlemeyer
4. Ditimbang
NH4Br, dimasukkan dalam erlemeyer
5. Ditambahkan
aquadest 20 ml, dikocok ad larut disaring ke dalam botol
6. Dicukupkan
volume ad 60 ml dengan aquadest
7. Diberi
etiket putih dan label kocok dahulu
Resep 2.2 ●
Perhitungan bahan :
Sirup
INH tiap 5 ml mengandung :
INH 50 mg
Asam
sitrat 1,25
mg
Natrium
sitrat 60 mg
Gliserol
1 ml
Sorbitol ad 5 ml
u/ 60 ml
1. INH =
2. Asam sitrat = 3. 3.Na sitrat = 4.
4.Gliserol
1 ml = 5.Sorbitol ad =
URAIAN
RESEP
R/ = recipe =
ambillah
da =
berikan
s =
signa = tandai
dd =
de die = sehari
cth = cochlearthea = sendok teh
● Perhitungan DM
Untuk berat badan 10 kg
Berdasarkan resep
● Cara Kerja
1. Botol
dikalibrasi 60 ml
2. Ditimbang
INH 60 mg, dilarutkan dalam erlemeyer
3. Ditimbang
asam sitrat 150 mg, di larutkan dalam erlemenyer
4. Ditimbang
natrium sitrat 720 mg, dilarutkan dalam erlemenyer
5. Diukur
gliserol 12 ml, dimasukkan ke dalam erlemenyer
6. Dimasukkan
sorbitol 30 ml ke dalam erlemeyer diaduk ad larut
7. Dimasukkan
dalam botol, dicukupkan sorbitol ad 60 ml, tutup dan kocok
8. Diberi
etiket putih dan label NI serta label kocok dahulu
Resep 2.3 ● Perhitungan Bahan
2. .
3.
=
4.
URAIAN
RESEP
R/ = recipe =
ambillah
m =
misce = campurkan
s =
signa = tandai, beri tanda
d.i.d =
da in dimido = berikan
setengahnys
● Cara Kerja :
1. Ditimbang
bahan vaselin
2. Ditimbang
menthol, dan asam salisilat, gerus ad mencair
3. Ditimbang
sulfur, keringkan bahan obat yang ada di dalam lumping dengan sulfur
4. Dimasukkan
vaselin sedikit demi sedikit, gerus ada homogeny
5. Dimasukkan
dalam wadah, diberi etiket biru
Resep 2.4
Perhitungan Bahan
1.
Cotramoxazole =
2 tab
2.
Phenobarbital =
4 tab
3.
Chlorpheniramini = 2 tab
URAIAN
RESEP
R/ =
recipe = ambillah
m =
misce = campurkan
f =
fac =
dibuat
pulv =
pulveres = serbuk bagi
No = Numero =
sebanyak
s =
signa = tandai, beri tanda
t.dd = ter de die =
tiga kali sehari
●
Perhitungan DM
1.
Phenobartbitalium =
Untuk
umur 12 tahun =
Berdasarkan
Resep :
< 100 %
2.
CTM
Untuk
umur 12 tahun
Berdasarkan
resep :
●
Cara Kerja
1. Diambil cotrimexazole tab sebanyak 2 tab,
dimasukkan dalam lumoang, gerus dikeluarkan
2. Diambil
phenobarbitalium tab sebanyak 4 tablet, dimasukkan dalam lumping gerus halus
dan keluarkan
3. Diambil
tab CTM sebanyak 2 tab, dimasukkan dalam lumpang, gerus
4. Dimasukkan
semua bahan obat yang telah dikelurkan, gerus ad homogeny
5. Diayak
, lalu gerus kembali ad homogeny
6. Keluarkan
bagi menjadi 10 bungkus
7. Dimasukkan
dalam zat obat, beri etiket putih
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
R/1.1 bahan obat larut dengan sempurna dalam pelarut dalam hal ini natrii dan
kalium bromida serta amonium tepatnya Larut dalam 30ml air (pengerjaan di lab).
Hal ini disebabkan karena menurut FI.
III Natrium bromida dan kalium bromida serta amonium klorida larut dalam air (dibutuhkan minimal
10-30 ml pelarut untuk melarutkan setiap 1 gram zat tersebut). Maka untuk 2g
natrium bromida dan kalium bromida diperlukan sekurang-kurangnya 20-60 air yang
digunakan untuk melarutkankannya, perhitungannya sebagai berikut :
Air untuk melarutkan = 2g/1g x
10 ml
(batas 10 ml)
= 20 ml
Air untuk melarutkan = 2g/1g x 30ml
(batas 30 ml) = 60 ml
Untuk 1g amonium bromida
sendiri diperlukan sekurang-kurangnya 10-30ml pelarut (air).
Pada R/II.2, bahan obat pun
larut dengan sempurna dalam pelarut dalam hal ini sorbitol. Dimana INH, Natrii
citras, asam citrat dan glicerolum akan larut dengan sendirinya jika dicampur
bersama (salting in).
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Cara menghitung
dosis larutan
1
x pakai = aturan pakai x berat bahan
Banyak
larutan
Misal
aturan pakainya 3x sehari 2 sendok teh (5 ml)
1x
pakai = (2x5
ml) x
berat bahan
Banyak larutan
Sehari = 3 x
(1xpakai)
V.2 Saran
Ø untuk dapat menghitung dosis dalam sediaan cair maka yang
kita perlu kita perhatikan adalah
berapa dosis yang diberikan an berapa volume dari larutan obat.
Ø Dalam pengerjaan
sediaan bentuk larutan kita harus melihat terlebih dahulu kelarutan suatu bahan
obat.
Ø Dalam pengerjaan obat harus steril karena bisa
mempengaruhi kestabilan suatu obat.
No comments:
Post a Comment